PROSES PEMBENTUKAN DELTA
MATA KULIAH OSEANOGRAFI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
oleh:
Guinever Castle Angela Mangalik
1810714320004
Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan
PROSES PEMBENTUKAN DELTA
Gambar 1.1. Daratan Delta dari peta
1. Pendahuluan
Daratan pada muara sungai-sungai besar, berupa endapan material lapuk
yang diangkut oleh sungai adalah definisi dari Delta. Delta merupakan bentukan yang terjadi dari endapan
lumpur dari darat yang dibawa oleh aliran air. jenis endapan
berupa endapan secara teratur, berlapis-lapis, permukaannya datar, sesuai
dengan permukaan air. Delta terbentuk secara perlahan dan menjadi daratan
setelah beberapa tahun. Sepanjang alirannya, sungai mengikis lumpur,
pasir, dan batu dari dasar serta tepiannya. Semakin mendekat ke
laut, sungai mengalir di atas daratan yang landai sehingga alirannya
melambat. Material-material yang dibawanya pun mengendap. Endapan pasir dan
lumpur akhirnya menumpuk membentuk daratan baru yang disebut dengan delta.
Delta sungai adalah endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka,
pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat
memasuki laut. Tipe muara sungai yang lain adalah estuaria. Sebuah Deltas
biasanya berbentuk segitiga yang terdapat di muara sungai. Sungai akan
mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat
terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran
sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai
masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.
Delta dipengaruhi oleh energi
sungai dan energi laut. Debit air sungai akan mengangkut sedimen menuju laut
yang akan berinteraksi dengan gelombang dan arus. Interaksi antara pasokan
sedimen sungai dan aktivitas gelombang, arus atau pasang surut akan
mengendapkan sedimen. Sebaran sedimen dapat berbentuk menyebar ke arah laut, sejajar dengan garis pantai atau melintang di
muara sungai tergantung, energi yang dominan. Pengaruh laut dapat berupa gelombang, arus, pasang, angin,
bathimetri, dan adanya karang pantai, serta vegetasi, sedangkan pengaruh darat
berupa morfologi, litologi, dan pasokan sedimen sungai (Komar, 1998).
Morfologi pantai ke arah lepas
pantai berbentuk cembung ke arah laut, sedangkan ke arah kanan dan kiri muara
sungai semakin melandai relatif sejajar dengan garis pantai. Kenampakan kondisi
morfologi dengan ciri-ciri seperti tersebut diatas menurut (Davis dalam Atmodjo, 2010)
merupakan ciri ciri morfologi delta yang terbentuk oleh energi yang gelombang
yang sangat dominan.
Sebaran sedimen perairan delta dapat berupa gasong pasir sejajar garis pantai, gosong pasir sejajar mulut sungai atau sedimen yang menyebar ke arah laut lepas. Sebaran sedimen muara sungai atau delta tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya influk atau pasokan sedimen sungai terhadap energi dari laut yang dominan. Kedua variable ini akan menentukan bentuk morfologi dan seberan yang berbeda-beda. Energi laut tersebut dapat berupa energi gelombang, energi arus laut atau energi pasang surut yang dominan (Triatmodjo, 1999).
Delta
terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland,
karena daerahnya yang tertutup salju, dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan
dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar. Pada umumnya, delta
akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat
sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang
(standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai
tersebut terendapkan pada kondisi subaeria.
Dalam
Penelitian (Sarmili, 2004) dapat diketahui jika Delta terbentuk dikarenakan
adanya arus gelombang yang lebih kuat (arus sepanjang pantai), endapan asal
darat tersebut diendapkan kembali ke arah daratan dan pada akhirnya
daratan yang maju ke arah laut menjadikan pulau Nusawere menjadi tombolo dan
bersatu dengan daratan pulau Jawa. Keterdapatan pulau-pulau didepan
muara-muara sungai tersebut dapat disebut sebagai endapan delta.
Besaran angkutan sedimen ini tergantung dari kondisi geografis, lingkungan, tutupan lahan, dan kondisi geologi dari daerah aliran sungainya. Jika angkutan sedimen sungai ini sangat tinggi di daerah pertemuan antara sungai dengan laut dan terjadi proses pengendapan akibat kecepatan aliran yang rendah maka material yang terangkut akan terendapkan di daerah pertemuan tersebut. Penumpukan material di daerah ini (muara) akan membentuk suatu daerah kering yang diklasifikasikan sebagai delta (Yuwono, 1992).
Penelitian (Mulerli, 2007) diungkapkan bahwa Muara Sungai
Bone merupakan pintu keluar masuk kapal nelayan dari arah daratan ke laut atau sebaliknya.
Selain itu, di muara ini terdapat fasilitas pelabuhan barang yang mungkin akan
terpengaruh dengan adanya pendangkalan yang membentuk delta akibat angkutan
sedimen ke tiga sungai tersebut. Permasalahan yang mungkin timbul di ruas muara
sungai, yaitu berupa perubahan morfologi di muara Sungai Bone dengan
terbentuknya delta.
Penelitian Proses pembentukan Delta S. Cimanuk pernah dilakukan oleh (Astjario dan Astawa,
2007) diketahui jika endapan Delta terdiri dari lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman
mengandung sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos.
terjadi
proses pelumpuran atau pengendapan material sedimen di kawasan muara sungai,
hal tersebut menyebabkan bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara. Arus
sungai yang deras mengalir ke arah laut bertemu dengan aktivitas gelombang, hal
tersebut adalah salah satu penyebab yang
dapat merubah arah muara serta bentuk perkembangan delta.
Proses
pembentukan delta (tanah timbul) biasanya terjadi di muara sungai. Pembentukan
delta secara alamiah terjadi dalam kurun waktu yang panjang, puluhan tahun
bahkan sampai ratusan tahun, sampai mencapai titik kestabilan. Peningkatan
aktifitas manusia di sepanjang sungai akan mempercepat proses terbentuknya
delta di muara sungai. Aktifitas tersebut adalah aktifitas yang menghasilkan
buangan limbah sedimen. Suplai sedimen yang terjadi terus menerus dari sungai
tertampung di muara sungai dan lambat laun akan menumpuk sampai terbentuk tanah
timbul tepat di muka muara sungai. Suplai sedimen terus berlanjut, penumpukan
terjadi bukan lagi di muka mulut muara tetapi karena proses turbulen dari
bentukan tanah timbul maka pengendapan atau deposit sedimen terjadi di belakang
tanah timbul. Kejadian tersebut berlangsung terus menerus membuat luasan tanah
timbul bertambah mengarah ke laut dan pada akhirnya terbentuk dataran masif yang
disebut dengan delta.
gambar 1.3. Delta Okavango Afrika
Besaran angkutan sedimen ini tergantung dari kondisi geografis, lingkungan, tutupan lahan, dan kondisi geologi dari daerah aliran sungainya. Jika angkutan sedimen sungai ini sangat tinggi di daerah pertemuan antara sungai dengan laut dan terjadi proses pengendapan akibat kecepatan aliran yang rendah maka material yang terangkut akan terendapkan di daerah pertemuan tersebut. Penumpukan material di daerah ini (muara) akan membentuk suatu daerah kering yang diklasifikasikan sebagai delta (Yuwono, 1992).
Sungai akan mengendapkan bebannya di
daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk
lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada
perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau
atau laut, maka akan terbentuk delta.
Syarat – syarat untuk
terbentuknya suatu delta, antara lain :
a)
Ada sungai yang menuju ke laut atau danau
b)
Lautnya dangkal
c)
Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil
d)
Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau danau di
tempat muara sungai tersebut
e)
Arus pasang surut tidak kuat
f)
Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Astjario, P. I, Nyoman A. 2007. Proses
Pertumbuhan Delta Baru Sungai Cimanuk Hingga Tahun 2002, Di Pantai Timur
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan, Jurnal Geologi Kelautan. Bandung. Volume 5, No. 3.
Komar P.D., 1998. Beach
Processes and Sedimentation, 2nd Ed. Prince Hall. New Jersey. 539p.
Murlerli, A. 2007. Dampak
Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan Delta Di Muara Sungai Bone,
Provinsi Gorontal. Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Bandung.
Sarmili. L. dkk. 2004. Indikasi Pembentukan Delta Pasang Surut Ebb di Mulut Outlet Segara
Anakan Bagian Barat, Teluk Pangandaran, Jawa Barat. Bandung-40174,
Indonesia. vol. 2, no. 1 : 11 – 17.
Triatmojo, B. 1999. Teknik
Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Atmodjo, W. 2010. Sebaran Sedimen di Perairan Delta Sungai
Bodri, Kendal, Jawa Tengah. Ilmu
Kelautan Maret 2010. Vol. 15 (1) 53 – 58.
No comments:
Post a Comment