drop 1

Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Monday, December 30, 2019


PROSES PEMBENTUKAN DELTA
MATA KULIAH OSEANOGRAFI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT





oleh:

Guinever Castle Angela Mangalik
1810714320004
Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan








PROSES PEMBENTUKAN DELTA



Gambar 1.1. Daratan Delta dari peta


1. Pendahuluan


Daratan pada muara sungai-sungai besar, berupa endapan material lapuk yang diangkut oleh sungai adalah definisi dari Delta. Delta merupakan bentukan yang terjadi dari endapan lumpur dari darat yang dibawa oleh aliran air. jenis endapan berupa endapan secara teratur, berlapis-lapis, permukaannya datar, sesuai dengan permukaan air. Delta terbentuk secara perlahan dan menjadi daratan setelah beberapa tahun. Sepanjang alirannya, sungai mengikis lumpur, pasir, dan batu dari dasar serta tepiannya. Semakin mendekat ke laut, sungai mengalir di atas daratan yang landai sehingga alirannya melambat. Material-material yang dibawanya pun mengendap. Endapan pasir dan lumpur akhirnya menumpuk membentuk daratan baru yang disebut dengan delta.

Delta sungai adalah endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut. Tipe muara sungai yang lain adalah estuaria. Sebuah Deltas biasanya berbentuk segitiga yang terdapat di muara sungai. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.


Delta dipengaruhi oleh energi sungai dan energi laut. Debit air sungai akan mengangkut sedimen menuju laut yang akan berinteraksi dengan gelombang dan arus. Interaksi antara pasokan sedimen sungai dan aktivitas gelombang, arus atau pasang surut akan mengendapkan sedimen. Sebaran sedimen dapat berbentuk menyebar ke arah laut,  sejajar dengan garis pantai atau melintang di muara sungai tergantung, energi yang dominan. Pengaruh laut dapat  berupa gelombang, arus, pasang, angin, bathimetri, dan adanya karang pantai, serta vegetasi, sedangkan pengaruh darat berupa morfologi, litologi, dan pasokan sedimen sungai (Komar, 1998).


Morfologi pantai ke arah lepas pantai berbentuk cembung ke arah laut, sedangkan ke arah kanan dan kiri muara sungai semakin melandai relatif sejajar dengan garis pantai. Kenampakan kondisi morfologi dengan ciri-ciri seperti tersebut diatas menurut (Davis dalam Atmodjo, 2010) merupakan ciri ciri morfologi delta yang terbentuk oleh energi yang gelombang yang sangat dominan.

Sebaran sedimen perairan delta dapat berupa gasong pasir sejajar garis pantai, gosong pasir sejajar mulut sungai atau sedimen yang menyebar ke arah laut lepas. Sebaran sedimen muara sungai atau delta tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya influk atau pasokan sedimen sungai terhadap energi dari laut yang dominan. Kedua variable ini akan menentukan bentuk morfologi dan seberan yang berbeda-beda. Energi laut tersebut dapat berupa energi gelombang, energi arus laut atau energi pasang surut yang dominan (Triatmodjo, 1999). 


Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland, karena daerahnya yang tertutup salju, dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar. Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaeria.


Gambar 1.2. Contoh Gambar Delta


Dalam Penelitian (Sarmili, 2004) dapat diketahui jika Delta terbentuk dikarenakan adanya arus gelombang yang lebih kuat (arus sepanjang pantai), endapan asal darat tersebut diendapkan kembali ke arah daratan  dan pada akhirnya daratan yang maju ke arah laut menjadikan pulau Nusawere menjadi tombolo dan bersatu dengan daratan  pulau Jawa. Keterdapatan pulau-pulau didepan muara-muara sungai tersebut dapat disebut sebagai endapan delta.


Penelitian (Mulerli, 2007) diungkapkan bahwa Muara Sungai Bone merupakan pintu keluar masuk kapal nelayan dari arah daratan ke laut atau sebaliknya. Selain itu, di muara ini terdapat fasilitas pelabuhan barang yang mungkin akan terpengaruh dengan adanya pendangkalan yang membentuk delta akibat angkutan sedimen ke tiga sungai tersebut. Permasalahan yang mungkin timbul di ruas muara sungai, yaitu berupa perubahan morfologi di muara Sungai Bone dengan terbentuknya delta.


Penelitian Proses pembentukan Delta S. Cimanuk pernah dilakukan oleh (Astjario dan Astawa, 2007) diketahui jika endapan Delta terdiri dari lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman mengandung sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos. terjadi proses pelumpuran atau pengendapan material sedimen di kawasan muara sungai, hal tersebut menyebabkan bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara. Arus sungai yang deras mengalir ke arah laut bertemu dengan aktivitas gelombang, hal tersebut adalah salah satu penyebab yang  dapat merubah arah muara serta bentuk perkembangan delta.

Proses pembentukan delta (tanah timbul) biasanya terjadi di muara sungai. Pembentukan delta secara alamiah terjadi dalam kurun waktu yang panjang, puluhan tahun bahkan sampai ratusan tahun, sampai mencapai titik kestabilan. Peningkatan aktifitas manusia di sepanjang sungai akan mempercepat proses terbentuknya delta di muara sungai. Aktifitas tersebut adalah aktifitas yang menghasilkan buangan limbah sedimen. Suplai sedimen yang terjadi terus menerus dari sungai tertampung di muara sungai dan lambat laun akan menumpuk sampai terbentuk tanah timbul tepat di muka muara sungai. Suplai sedimen terus berlanjut, penumpukan terjadi bukan lagi di muka mulut muara tetapi karena proses turbulen dari bentukan tanah timbul maka pengendapan atau deposit sedimen terjadi di belakang tanah timbul. Kejadian tersebut berlangsung terus menerus membuat luasan tanah timbul bertambah mengarah ke laut dan pada akhirnya terbentuk dataran masif yang disebut dengan delta.


gambar 1.3. Delta Okavango Afrika 

Besaran angkutan sedimen ini tergantung dari kondisi geografis, lingkungan, tutupan lahan, dan kondisi geologi dari daerah aliran sungainya. Jika angkutan sedimen sungai ini sangat tinggi di daerah pertemuan antara sungai dengan laut dan terjadi proses pengendapan akibat kecepatan aliran yang rendah maka material yang terangkut akan terendapkan di daerah pertemuan tersebut. Penumpukan material di daerah ini (muara) akan membentuk suatu daerah kering yang diklasifikasikan sebagai delta (Yuwono, 1992).


Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.
Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :
a)      Ada sungai yang menuju ke laut atau danau
b)      Lautnya dangkal
c)      Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil
d)     Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau danau di tempat muara sungai tersebut
e)      Arus pasang surut tidak kuat
f)       Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup besar. 

             Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang – cabang yang menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permukaan delta melepaskan endapan pada ujung delta. Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda – beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu : Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau). Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan dari pertumbuhan ke atas. 





DAFTAR PUSTAKA



Astjario, P. I, Nyoman A. 2007. Proses Pertumbuhan Delta Baru Sungai Cimanuk Hingga Tahun 2002, Di Pantai Timur  Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jurnal Geologi Kelautan. Bandung. Volume 5, No. 3.

Komar P.D., 1998. Beach Processes and Sedimentation, 2nd Ed. Prince Hall. New Jersey. 539p.

Murlerli, A. 2007. Dampak Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan  Delta Di Muara Sungai Bone, Provinsi Gorontal. Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum. Bandung.

Sarmili. L. dkk. 2004. Indikasi Pembentukan Delta Pasang Surut Ebb di Mulut Outlet Segara Anakan Bagian Barat, Teluk Pangandaran, Jawa Barat. Bandung-40174, Indonesia. vol. 2, no. 1 : 11 – 17.

Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.


Atmodjo, W. 2010. Sebaran Sedimen di Perairan Delta Sungai Bodri,  Kendal, Jawa Tengah. Ilmu Kelautan Maret 2010. Vol. 15 (1) 53 – 58.






No comments:

Post a Comment